Homo Deus - Harari
Review buku Homo Deus karya Yuval
Noah Harari ini sebenarnya sangat sederhana. Ingin memahami apa yang menjadi kunci kesuksesan penulisan. Penulis buku terlaris New York Times yang terkenal dengan
buku Sapiens nya yang fenomenal di dunia internasional, kini kembali
dengan sebuah buku yang sama-sama asli, menarik, dan provokatif. Ia
mengubah fokus bahasannya dari awal mula Homo sapiens ke masa depan umat
manusia dan upaya manusia untuk mengubah dirinya menjadi "dewa".
Manusia
telah berhasil melakukan hal yang mustahil dan mengendalikan kelaparan,
wabah, serta perang. Ini mungkin tampak sulit diterima, tetapi, seperti
yang Harari jelaskan dalam gaya khasnya — menyeluruh, namun memukau —
kelaparan, wabah, dan perang telah berubah dari kekuatan alam yang tak
dapat dipahami dan tak terkendali menjadi tantangan yang bisa dikelola.
Untuk pertama kalinya, lebih banyak orang mati karena makan terlalu
banyak daripada makan terlalu sedikit; lebih banyak orang meninggal
karena usia tua daripada oleh penyakit menular; dan lebih banyak orang
melakukan bunuh diri daripada dibunuh oleh tentara, teroris dan
penjahat, atau gabungan ketiganya.
Lalu
apa yang akan menggantikan kelaparan, wabah, dan perang di agenda utama
manusia masa kini? Sebagai dewa-buatan sendiri di bumi, apa yang akan
kita tentukan, dan pencarian apa yang akan kita lakukan? Kita akan
dihadapkan pada dua pertanyaan mendasar: Ke mana kita akan pergi? Dan
bagaimana kita melindungi dunia yang rapuh ini dari kekuatan destruktif
kita sendiri? Inilah tahap evolusi manusia berikutnya. Inilah Homo Deus.
Pada review buku sapiens, hanya satu kata yang mampu menggambarkannya FENOMENAL dan ini kembali terjadi pada review buku ini. Review buku ini dimuali dengan bagian
pertama buku ini membahas hubungan antara sapiens dan hewan lain, dalam
upaya untuk memahami keistimewaan manusia dibanding spesies lainnya.
Bagian
kedua buku Homo Deus menelaah kembali dunia yang diciptakan Homo
sapiens di millenia terakhir dan apa saja yang membawa kita ke
persimpangan jalan saat ini. Bagaimana dalam keyakinannya Homo sapiens
menjadi percaya bahwa alam semesta berputar di sekitar manusia dan
manusia adalah sumber dari semua makna dan otoritas? Apa implikasi
ekonomi, sosial dan politik dari fenomena ini semua? Bagaimana hal
tersebut membentuk kehidupan sehari-hari dan cita rasa seni kita, serta
keinginan kita yang paling rahasia?
Reviw buku ini berakhir pada bagian
ketiga, yakni menelaah kembali hal-hal yang akan terjadi di awal
abad ke dua puluh satu. Berdasarkan pemahaman yang jauh lebih dalam
tentang umat manusia dan keyakinan manusia, semuanya akan menggambarkan
keadaan kita saat ini dan kemungkinan di masa depan. Bagaimana pencarian
untuk keabadian, kebahagiaan dan keilahian mengguncang fondasi
keyakinan kita dalam kemanusiaan? Apa tanda-tandanya? Jika humanisme
memang akan hilang dari keyakinan umat manusia, apa yang mungkin
terjadi? Segeralah baca buku ini.
No comments