Kebenaran yang Hilang - Fouda
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Kebenaran Yang Hilang
memperlihatkan sisi kelam praktik politik dan kekuasaan dalam sejarah
Islam.
Dalam buku Kebenaran Yang Hilang, Fouda mengkritik pandangan kaum
tafsir Islam yang tidak mengungkapkan fakta sejarah tentang Islam yang
sangat kelam dan mengerikan. Fouda bukan sekedar melontarkan fakta –
fakta ini tanpa dasar. Ia melakukan penelitian mendalam dari kitab –
kitab klasik yang sebenarnya disimpan para penyerangnya sendiri. Sungguh
ironis. Disinilah letak keberanian Fouda dibandingkan cendekiawan lain,
keilmuwan saja tidak cukup, tetapi harus memiliki keberanian, kendati
nyawa akhirnya menjadi taruhan.
Dalam buku ini, pandangan kita tentang Islam selama ini menjadi biasa
– biasa saja. Misalnya, banyak yang beranggapan periode salaf, yakni
jaman keemasan sahabat Nabi dan al-Khulafa’ al – Rasyidun merupakan
jaman keemasan. Bagi Fouda jaman ini tidak ada yang istimewa, bahkan di
jaman ini banyak meninggalkan jejak memalukan.
Misalnya saja, tiga dari empat al – Khulafa’ yang katanya al –
Rasyidun itu wafat dibunuh. Bahkan Usman bin Affan, Khlaifah ketiga
tewas dibunuh dan jasadnya tidak diperlakukan dengan hormat. Ia
dimakamkan tiga hari kemudian, cara yang bukan Islam. Selain itu,
sebagian pengikutinya tidak mau menyembahyangi jasadnya, bahkan sebagian
meludahi dan mematahkan salah satu persendiannya.
Ketika sebagian dari umat Islam
menginginkan kembali ke jaman khalifah, timbul sikap anti terhadap
hal – hal yang berbau
modern. Sikap konservatif sempit ini menurut Fouda sangat bertentangan
dengan fakta sejarah dalam Islam sendiri.
Ia mengambil contoh misalnya, era dinasti Umayah dan Abbasiyah. Kedua
dinasti ini menurut Fouda sangat biadab dan brutal.
Pendiri dinasti Abbasiyah yang dijuluki “ Si Penjagal “ ini kabarnya
pernah mengundang 90 anggota keluarga Umayah untuk makan malam. Namun
mereka kemudian menyiksa dan membunuh mereka. Kebiasaan para khalifah di
dinasti ini juga gemar meminum minuman keras, hedonis, main perempuan
bahkan berperilaku seks menyimpang.
Review buku ini memang hanya ingin menggambarkan isi buku, prihal penilainnya itu bisa berbeda beda. Bagi Fouda dalam bukunya ini, sistem khilafah tidak lebih dari sistem
kekuasaan totaliter yang berselubung agama. Fouda mempertanyakan label
Islam, kalau tidak mau dibilang para khilafah itu bukan Islam.
Bagi Fouda bila ada sekelompok kaum muslim yang ingin mengembalikan
Islam ke jaman keemasan era Khulafa’ sangat ironis, karena justru era
itu menurut Fouda bukan Islam, melainkan jaman yang tidak beradab.
Kesimpulan Fouda ini tentu bisa menimbulkan reaksi dari kelompok
fundamentalis.
Dalanm buku Kebenaran Yang Hilang ini, Fouda ingin memperingatkan
kepada kaum muslim untuk berfikir dua kali untuk membangun Negara Islam
dengan mengacu pada jaman Khilafah yang katanya The Golden Years Era.
Islam bagi Fouda harus dijauhkan dari kekuasaan dan politik karena
justru bisa merendahkan atau mereduksi agama ini ke tingkat yang paling
memalukan dan nista.
Dalam penutupnya, setelah dia memaparkan fakta – fakta yang tidak
menyenangkan di era al – Khulafa’ al-Rasyidun hingga sejarah kelam
Abbasiyah, Fouda melontarkan kalimat “ Lalu Untuk Apa?” Fouda
mengatakan, terguncang dengan fakta lebih baik dari pada berbangga
dengan kepalsuan. Fouda ingin mengajak pembacanya, kaum muslim
terpelajar untuk berani mengakui kenyataan pahit, bahwa sejarah Islam
sebagian bermandikan darah dan penuh dengan kebiadaban.
No comments