Ulasan / Resensi | Edensor - Andrea Hinata
Resensi novel "Edensor" mengisahkan kehidupan seorang anak bernama Ikal yang tinggal di daerah terpencil Melayu. Meskipun Ikal dianggap sebagai salah satu warga pribumi paling cerdas, novel ini lebih banyak fokus pada kehidupan teman ayah Ikal, Weh, yang tinggal di perahu. Sebagai kelanjutan dari novel "Laskar Pelangi," cerita ini dimulai ketika Ikal diminta oleh ayahnya untuk mengantar beras dan knur ke Weh.
Awalnya, Ikal merasa takut melihat kondisi Weh yang telah tua dan penuh luka. Bagian awal novel ini menyoroti kondisi tragis Weh yang menderita penyakit yang tak diketahui dan berbagai pengobatan yang tidak berhasil. Akhirnya, Weh memutuskan untuk menjadi seorang nelayan dan hidup di perahu. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, Ikal memutuskan untuk naik perahu Weh dan menjelajahi lautan. Selama perjalanan itu, Ikal belajar cara menangkap ikan dengan cara yang mudah dari Weh.
Di atas perahu, Ikal belajar tentang disiplin dan keberanian dari Weh. Mentalnya diuji ketika ia harus mengayuh perahu sendirian. Meskipun mengalami kegagalan, Ikal tetap mengunjungi Weh yang membuatnya merasa kasihan. Ikal tidak menyerah dan tetap berusaha belajar. Akhirnya, Weh menerima kembali Ikal dan mereka melanjutkan pelayaran mencari ikan hiu di sepanjang Laut Jawa dan Laut Cina Selatan.
Di atas perahu, Weh mengajarkan Ikal membaca arah menggunakan kompas dan rasi bintang. Setelah berhasil, Ikal menceritakan kisah Mak Birah yang membantunya mengenali jati dirinya. Sahabat dan sepupunya, Arai, juga memberikan pelajaran tentang arti kehidupan yang sebenarnya. Karena Arai merupakan sebatang kara, ia tinggal bersama Ikal dan ayahnya. Ikal dan Arai berjuang untuk meraih cita-cita mereka.
Setelah menyelesaikan SMA, mereka berdua merantau ke Bogor. Ikal bekerja di kantor pos untuk mengantar surat dan barang-barang. Namun, karena pekerjaan yang monoton, Ikal memutuskan untuk berhenti. Sebelumnya, Ikal dan Arai mendapatkan beasiswa saat mereka masih di Belitong.
Dengan usaha dan kerja keras, Ikal dan Arai berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar di luar negeri. Ikal, yang telah menjadi mahasiswa berprestasi, mengganti namanya menjadi Andrea Hirata, sedangkan Arai Ichsanul Mahidin tetap menggunakan namanya. Di dalam novel ini, juga diceritakan tentang pengalaman mereka belajar di Belanda yang menakjubkan. Di Belanda, Ikal terjebak dalam kisah asmara yang mengubah hidupnya.
Awalnya, Ikal merasa takut melihat kondisi Weh yang telah tua dan penuh luka. Bagian awal novel ini menyoroti kondisi tragis Weh yang menderita penyakit yang tak diketahui dan berbagai pengobatan yang tidak berhasil. Akhirnya, Weh memutuskan untuk menjadi seorang nelayan dan hidup di perahu. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, Ikal memutuskan untuk naik perahu Weh dan menjelajahi lautan. Selama perjalanan itu, Ikal belajar cara menangkap ikan dengan cara yang mudah dari Weh.
Di atas perahu, Ikal belajar tentang disiplin dan keberanian dari Weh. Mentalnya diuji ketika ia harus mengayuh perahu sendirian. Meskipun mengalami kegagalan, Ikal tetap mengunjungi Weh yang membuatnya merasa kasihan. Ikal tidak menyerah dan tetap berusaha belajar. Akhirnya, Weh menerima kembali Ikal dan mereka melanjutkan pelayaran mencari ikan hiu di sepanjang Laut Jawa dan Laut Cina Selatan.
Di atas perahu, Weh mengajarkan Ikal membaca arah menggunakan kompas dan rasi bintang. Setelah berhasil, Ikal menceritakan kisah Mak Birah yang membantunya mengenali jati dirinya. Sahabat dan sepupunya, Arai, juga memberikan pelajaran tentang arti kehidupan yang sebenarnya. Karena Arai merupakan sebatang kara, ia tinggal bersama Ikal dan ayahnya. Ikal dan Arai berjuang untuk meraih cita-cita mereka.
Setelah menyelesaikan SMA, mereka berdua merantau ke Bogor. Ikal bekerja di kantor pos untuk mengantar surat dan barang-barang. Namun, karena pekerjaan yang monoton, Ikal memutuskan untuk berhenti. Sebelumnya, Ikal dan Arai mendapatkan beasiswa saat mereka masih di Belitong.
Dengan usaha dan kerja keras, Ikal dan Arai berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar di luar negeri. Ikal, yang telah menjadi mahasiswa berprestasi, mengganti namanya menjadi Andrea Hirata, sedangkan Arai Ichsanul Mahidin tetap menggunakan namanya. Di dalam novel ini, juga diceritakan tentang pengalaman mereka belajar di Belanda yang menakjubkan. Di Belanda, Ikal terjebak dalam kisah asmara yang mengubah hidupnya.
No comments