Indiana Jones adalah fenomena bukti nyata "Generation Gap"
Banyak dari kita yang sudah menonton film Indiana Jones ini, dengan instalasi ke-lima, yaitu Dial of Destiny. Film ini menceritakan seorang arkeolog yang berkeliling dunia mencari artefak kuno yang berkaitan dengan misteri supranatural. Akan tetapi kali ini, artefak ini bernama Antikythera yang memiliki kemampuan untuk membuka pintu untuk memindahkan siapapun yang menggunakan artefak ini menembus waktu. Film-film Indiana Jones memang selalu dikaitkan dengan berbagai fenomena yang jarang diceritakan dalam sejarah dan barang kuno yang memiliki sebuah kemampuan yang diluar logika. Kali ini adalah artefak sebagai mesin waktu.
Film memperlihatkan masa-masa akhir Dr. Indiana Jones Jr. sebagai dosen pensiunan yang terlibat dengan akis kejar-kejaran dengan seorang agen pemerintah A.S. yang dulu seorang Nazi Jerman (dari kisah nyata ketika banyak mantan Nazi Jerman yang bekerja untuk NASA). Film ini merupakan gaya penceritaan ala James Bond namun dengan warna yang berbeda, dress-down, underdog, eksotis ... kampungan.
Tapi sebenarnya yang menjadi masalah bukan masalah penceritaanya, melainkan bagaimana adanya mix review sejak film ini diluncurkan. Ada tanggapan positif dan juga negatif, sehingga menjadi pembahasan yang dinamis.
Beberapa komentar adalah bagaimana Indiana Jones sudah berakhir masa edarnya, seiring dengan bertambah usia aktor utama-nya Harrison Ford. Dia, sekarang mengindak umur 81 yang mana mungkin sebagian menganggap sebuah hal yang tidak bisa menarik perhatian penonton. Kedua adalah prihal terusan dari film sebelumnya, Crystal Skull yang mana dianggap sebuah kegagalan karena tidak sekreatif yang diharapkan. Film sebelumnya mengolah sebuah ide cerita yang sudah berulang-ulang dipakai, yaitu ekstraterestial yang mungkin tidak membuat penonton terpukau.
Komentar yang negatif menyebutkan betapa film ini membosankan, mudah ditebak, mengalami casting yang buruk, tidak memaksimalkan biaya produksi dan hal lainnya yang dikaitkan dengan gambaran "usang" dan juga "tua".
Dari pengalaman yang bisa kita himpun, semua komentar itu mengkrucut pada masalah bagaimana reviewer tidak mengetahui jejak sejarah film fenomenal dan juga karakter yang ikonik ini . Film ini pertama kali muncul 1981, artinya sudah 42 tahun lalu. Bagaimana reviewer yang mungkin masih berumur 20-an ini, bisa mengetahui "ruh zaman" pada waktu itu ? Film fenomenal lain yang juga dibintangi Harrison Ford mungkin sudah tidak dikenal lagi dengan generasi sekarang ini. Memang, film yang bagus itu timeless, generasi manapun akan bisa memahami dan juga mengapresiasi film yang berkualitas tetapi mendengar komentar yang nyata-nyatanya menyebut film ini seolah "ketinggalan jaman" adalah tipikal celoteh anak-anah muda. Aktor yang juga ikut dalam proyek ini adalah Mads Mikelsen dan Antino Banderas, sama sekali tidak pernah disebutkan dalam pembicaraan peluncuran film.
Akhirnya boleh dikatakan bahwa gap, atau ketimpangan yang dialami oleh para generasi reviewer zaman ini adalah "ketidak tahuan". Antonio Banderas, seorang spaniard yang eksotis dari beberapa film yang memang melekat dengan idolisasi aksi laga 90-an ini mungkin tidak dikenal. Mads Mikelsen yang masih dikenal dari kedalaman penokohan villain yang dingin dan juga aktor pendukung Phoebe Waller hampir tembus pandang, sama sekali tidak dibahas. Nampaknya, film terdegradasi menjadi hiburan semata yang diharapkan menceritakan kisah superhero yang pusing meredam multi-verse. Sebuah konsep klasik aksi laga dengan legenda dan sejarah lagi sudah tidak diminati, mencerminkan prilaku generasi saat ini yang sibuk dengan content.
Walaupun demikian, ada aja yang mengatakan ini adalah sebuah hal yang disengaja oleh marketing agar Indiana Jones tetap menjadi pembicaraan di ruang internet untuk menimbulkan minat dari para calon pembaca. Kalau reviewnya positif maka orang merasa tidak ada yang perlu dilihat. Bad news is a motivation to watch where the disaster is... dan mereka akan kecewa karena ternyata filmnya lumayan bagus kok.
No comments