Merasa pintar, bodoh saja tidak punya - Mathari
Review buku ini akan membahas salah satu tulisan yang sangat menarik, “Sufi Gila” “Belajar dari sufi madura” “Memahami dari sudut pandangan kebodohan” itulah kira kira beberapa ungkapan dari pada netizen untuk menggambarkan buku ini. Apa yang terpikirkan ketika melihat orang gila. Tak waras? Tak punya akal sehat? Atau orang bodoh? Lalu kamu berpikir lebih tahu segalanya dibandingkan dengannya. Menganggapnya bodoh dan tidak tahu apa-apa. Banyak orang berpikir bahwa dirinya lebih pintar dibandingkan orang lain. Mentang-mentang berpendidikan tinggi, seenaknya menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat dengannya. Lebih-lebih meremehkannya. Mentang-mentang kaya, dengan sombongnya merendahkan orang yang tak berpunya.
Buku ini menceritakan kehidupan seorang Sufi bernama Cak Dlahom yang dalam perannya dianggap sebagai orang gila oleh masyarakat sekitar. Di balik kegilaannya itu, Cak Dlahom
memiliki pemikiran agama yang sering kali dianggap kontroversial. Cak Dlahom sebagai tokoh sentral dalam kisah ini mengatakan bahwa 'Sesuatu yang diwajibkan adalah sesuatu yang manusia tidak suka mengerjakannya. Kalau manusia suka melakukannya, untuk apa diwajibkan?"
Ungkapan tersebut tentunya akan membuat pembaca berpikir. Jika manusia suka melakukan sesuatu, tentunya tidak perlu diwajibkan. Sebagai contoh, orang yang hobi bermain sepakbola. Tentu dengan sendirinya akan selalu melakukannya dengan senang hati tanpa perlu diwajibkan.
Lalu, jika orang menyukai puasa, tentunya tanpa perlu diperintahkan dengan wajib, akan melaksankannya dengan senang hati. Lalu, untuk apa diwajibkan, berarti manusia tidak menyukainya bukan?
Cak Rusdi selalu mengajak masyarakat untuk berpikir lebih dalam dan mencerna pesan-pesan yang terkandung dalam setiap ceritanya. Melalui karakter Cak Dlahom yang humor bin kocak, Cak Rusdi menuliskannya dengan cerita-cerita pendek yang tak bosan untuk dinikmati.
Salah satu cerita, Cak Rusdi menuliskan perihal ikhlas. Melalui Cak Dlahom, Cak Rusdi mengibaratkan
ikhlas seperti menghitung berak dan kencing selama hidup. Tentu tidak mungkin dapat terhitung karena saking banyaknya.
'Sebulan yang lalu? Setahun yang lalu? Sejak kamu lahir kamu ingat, berapa kali kamu berak dan kencing? Seperti itulah ikhlas."
Kata bodoh di sini menjadi refleksi atas pengetahuan manusia yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sang Pencipta. Sering kali orang merasa dirinya sok pintar dan menganggap orang lain tidak tahu. Hal inilah yang membuat orang menjadi sombong dan gampang merendahkan orang lain.
Melalui review buku ini, kita bisa mengharapkan sebuah pelajaran bagi para pembaca supaya tidak merendahkan orang lain. Setiap manusia memiliki pemikiran dan pengetahuan masing-masing yang telah diberikan sang Pencipta. Tidak sepantasnya menyalahkan atau bahkan merendahkan satu sama lain.
Di zaman sekarang, telah nampak orang-orang yang pandai bicara namun gampang sekali menyalahkan orang lain. Menganggap dirinya lebih pintar, lebih berpendidikan dan dengan entengnya meremehkan dan bahkan merendahkan lainnya.
No comments